virus ini terjadi pertama kali di Wuhan, China pada tahun 2019. penyebaran virus ini bisa melalui tetesan cairan pernafasan tubuh yang menempel pada tangan atau permukaan padat lalu masuk ke tubuh orang yang tidak sakit melalui hidung, mata atau mulut.
penyebaran virus ini sangat cepat, dan mematikannya membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan alat penunjang yang memadai. melihat dari perkembangan virus ini, masyarakat menjadi awas dalam berpergian, memegang benda, pola hidup berubah menjadi lebih bersih dengan seringnya mencuci tangan dan menyegerakan untuk mandi setelah berpergian. hal-hal tersebut dilakukan oleh banyak masyarakat mengingat bahayanya virus ini, sehingga mereka mencegah penularan virus.
lalu apakah covid19 ini berdampak pada sektor agribisnis?
jawabannya : tentu saja.
mengapa demikian? covid19 ini mengancam kehidupan masyarakat dari berbagai wilayah. maka tentu saja pemerintah menindaklanjuti terkait penyakit serta cara pencegahan penularan virus. langkah yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah memberlakukan sistem Work From Home (WFH). WFH yang direncanakan awalnya hanya 15 hari, terhitung 15 maret hingga 30 maret 2020. namun, melihat tingginya angka suspect ODP corona menyebabkan pemerintah mengambil langkah tegas yaitu memperpanjang jangka WFH dan menerapkan sistem PSBB (pembatasan sosial berskala besar) para masyarakat di himbau untuk berjarak minimal 1 (satu) meter antar sesama. diperlukannya isolasi mandiri, lockdown dengan hastag #dirumahaja dan lain lain. Pemberlakuan ini diketatkan oleh pemerintah agar negara cepat pulih dan masyarakat yang terjangkit atau yang masih berstatus ODP dapat disembuhkan oleh tim medis tanpa menambah angka penderita lagi.
jadi bagaimanakah hubungannya dengan sektor agribisnis? bisnis sektor pertanian ini menjadi bisnis yang paling di agung-agungkan saat pandemi corona seperti ini. pasalnya, kebutuhan masyarakat akan bahan pangan semakin meningkat. orang berlomba-lomba dalam membeli dan menyimpan bahan makanan untuk keluarganya. upaya ini dilakukan karena kebanyakan masyarakat takut terjadinya kehabisan bahan pangan.
hal ini menjadi titik yang perlu diperhatikan.
sektor agribisnis diminta untuk tetap berjalan baik proses tanam hingga proses olahnya. pemerintah memberi pengecualian terhadap sektor agribisnis ini. namun, dalam keadaan negara tidak stabil seperti ini menjadikan harga bahan baku menjadi melonjak yang berakibat harga hasil produksi ikut melonjak. harga yang tidak stabil seperti ini yang menjadikan para masyarakat semakin berlomba-lomba untuk membeli bahan untuk di stok. lalu sumberdaya manusia/tenaga kerja agribisnis pun harus mencurahkan sekuat tenaga dalam mengoptimalisasikan hasil taninya, sehingga hasil dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
poin dampak pada sektor sdm agribisnis :
- sdm tidak melakukan wfh karena harus bekerja dalam pemenuhan pangan.
- harga bahan melonjak tinggi, mengakibatkan cost usaha yang meninggi.
yang perlu dilakukan adalah integrasi antar sesama pelaku pemenuh pangan. integrasi dapat berupa bentuk kerjasama dengan meminimalisir pegawai didalam satu ruangan. pembatasan komunikasi tatap muka antar karyawan, memberlakukan shif kerja. integrasi sdm ini dilaksanakan agar mencegah penyebaran virus corona tetapi kegiatan produksi pangan sektor agribisnis juga tetap berjalan.
Nama : Nerangihati
NIM : 17105006
Manajemen Sumberdaya Manusia Agribisnis